Kamis, 24 Juli 2014

Berawal Dari Facebook

Dia mencoba menabahkan gua sembari melepas pelukannya, setelah itu gua ambil tas gua dan langsung cabut pulang dengan motor gua saat hujan deras. Sesampainya di rumah air mata gua trus tumpah di iringi amarah yang besar, gua obrak abrik kamar gua, gua banting gitar kesayangan gua, gua pukul cermin yang nempel di tembok kamar sampai pecah dan tangan gua berdarah, gua gak ngerti tangan gua berdarah tapi tetap aja hati gua yang paling sakit.

Gua tenangkan diri gua, gua baringkan tubuh gua di atas kasur menyandarkan penat beban gua, gak terasa gua ketiduran, pagi hari gua bangun hari itu hari minggu, gua liat seisi kamar gua berantakan banget, gua duduk di atas kasur meratapi semuanya, gua ambil buku catatan gua ambil pulpen gua nulis puisi dengan tangan yang di penuhi darah yang mengering, gua tulis apa yang gua lihat di kamar gua dan apa yang di rasain hati gua.

Gitar ku, kau hancur seiring dengan meluapnya emosi ku
Kini tiada lagi kau mampu menyemai nada yang indah
Cermin ku, kau hancur di terpa amarah jiwa ku
Kini tiada lagi ku bisa melihat wajah ku di batang tubuh mu

Tangan ku, kau luka dan berdarah
Darah yang mengalir, berbaur dengan air mata yang menetes
Hati ku, kau luka, luka dan luka
Mengapa kau terluka ? Tak sanggupkah kau menghadapi cobaan ini ?

Mungkin aku memang tak sanggup menghadapi semua ini
Karna ku memang tak sanggup, Meski aku tak sanggup,
Namun tak sedikit pun terlintas di angan tuk mengakhiri kehidupan yang ku jalani
Hanya saja ku terlalu lemah dan sangat tak sanggup tuk melaluinya

Pagi menjelang, aku masih saja berbalutkan kesedihan
Tersadar aku dari air mata yang menetes
Seakan mengilhami dan perlahan mencairkan emosi
Namun masih saja berat hati menahan air mata ini

Ku lihat di sekeliling ku, semuanya hancur
Serpihan cermin yang berserakan di lantai
Mencerminkan betapa bodohnya aku saat itu
Rasa pedih yang hanya aku yang mengerti bagaimana sakitnya, membutakan ku

Biarlah waktu membuat semuanya terlupa
Menjadi kenangan pahit yang begitu pedih untuk di kenang
Biarlah semua kembali seperti tak pernah terjadi apa pun
Menjadi kertas putih di lembaran yang baru

Selesai dengan aspirasi hati yang gua tulis, gua mandi lalu siap-siap mau pergi ke warnet, emang kebiasaan kalo tiap minggu gua pergi ke warnet, di warnet gua berlayar mengarungi dunia maya, gua buka facebook gua, lalu gua nulis status yang singkat padat tapi pedas, gua nyindir pembina ekstra kulikuler gua, sejam berlalu gua pulang ke rumah, di rumah gua ketiduran di ruang tamu, sebuah facebook messanger dan beberapa pemberitahuan facebook dari handphone gua membangunkan gua, pas gua chek inbox ternyata dua anak pembina ekstra kulikuler itu yang marah-marah karena gak terima bokapnya gua hina, dan di pemberitahuan pembina ekstra kulikuler itu sendiri dengan istrinya mengomentari status gua, gua panik gua mikirin gimana sekolah gua, gua ngadu ke orang tua gua minta berhenti sekolah gua ceritain apa yang terjadi, awalnya emang gak setuju dan gua kena marah tapi karena gua ngusul untuk masuk pesantren orang tua pun meng'iyakan kemauan gua.

Bersambung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar