Selasa, 22 Juli 2014

Kehilangan Mimpi

"Moga aja tapi gua gak mau berharap banyak karena gua cuman seorang santri" kalimat itu terucap dari mulut gua dalam sebuah perbincangan hangat bertemakan cita-cita, gua cerita ke teman obrolan gua kalo gua ini pengen jadi musisi atau enggak jadi penulis tapi gua enggak yakin dengan cita cita gua kalau gua bisa mewujudkannya, dia mencoba support gua, tapi gua tetap teguh sama prinsip gua "kalau hidup harus optimis tapi wajib realistis" toh gua cuman seorang santri sebesar apa pun tekad dan kemauan gua itu gak ada artinya kalo gak ada jalannya, mau usaha tapi apa yang di usahain ? mau di usahain kemana ?

Gak pernah terbesit dalam hidup gua nantinya bakal jadi seorang santri. Awalnya gua sekolah SMP, di sekolah itu gua ikut kegiatan ekstra kulikuler dalam bidang olahraga (gua gak mau sebut olahraga apa), gua jatuh cinta sama ekstra kulikuler ini, gua rajin ikut latihan sampe tlat pun gak pernah, karena ekstra kulikuler ini gua sempat bercita-cita pingin jadi atlit, di ekstra kulikuler ini juga gua dapet pacar, dua tahun gua ikut ekstra kulikuler ini dan berharap dari sini gua meniti mimpi gua.

Sampai suatu ketika ada rumor kalau gua di berhentikan dari ekstra kulikuler itu, gua sempat bingung kenapa bisa begitu, pas hari latihan gua tetap latihan kaya biasa, sampai waktu ashar adzan pun berkumandang, tanda untuk sholat sekali gus istirahat latihan, gua ke mushola ngambil air wudhu trus sholat, habis gua sholat gua di ajak pelatih gua ngomong empat mata di belakang mushola, ngomong panjang bla bla bla dan ujungnya gua di berhentikan, bukan di berhetikan pelatih gua tapi pembina ekstra kulikuler gua yang orangnya rada sentimen sama gua entah kenapa juga gua gak tau, selesai ngobrol teman-teman gua di kumpulin di lapangan gua di suruh berdiri di samping pelatih gua, sore itu mendadak mendung, lalu pelatih gua mengumumkan pemberhentian gua, gua liat mata teman-teman gua yang rada berkaca-kaca, setelah itu gua salaman sama semua teman-teman gua, dan hujan membubarkan semuanya tapi gua tetap berdiri di tengah lapangan, menyamarkan air mata gua dengan air hujan, gua liat pacar gua waktu itu nyamperin gua, dia nangis trus memeluk gua, agak dramatis dan berlebihan padahal esok di sekolah juga bakal ketemu lagi, tapi dia ngerti betapa sakitnya kehilangan jalan untuk meraih mimpi.

Bersambung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar